Bahagialah mereka yang diamnya berfikir,
memandangnya mengambil pelajaran,
mendengarnya mengambil hikmah,
dan dalam tindakannya orang mengenal indahnya ajaran Islam.
If you are not a part of the solution, You are a part of the problem Berbahagialah mereka yang diamnya berfikir, memandangnya mengambil pelajaran, mendengarnya mengambil hikmah dan dalam tindakannya orang mengenal indahnya ajaran Islam.
Thursday, September 02, 2004
Thursday, August 26, 2004
Masa Lalu
Masa Lalu
Oleh: Ummu Aiman
Sumber: PK Sejahtera Jakarta Selatan
Oleh: Ummu Aiman
Sumber: PK Sejahtera Jakarta Selatan
Di suatu sudut, terlihat seorang lelaki terisak-isak menangis kesedihan. Keadaan itu pasti dapat dilihat oleh orang lain. Semua orang maklum, siapakah dia gerangan yang menangis itu serta mengapa ia mengalirkan air mata kesedihan.
Itulah dia seorang sahabat Nabi yang begitu tegas orangnya, Umar al Khatab. Ia menangisi masa lalunya, kesilapan besar yang telah dilakukan di zaman jahiliyah. Satu-satunya kesalahan yang begitu membekas dalam hatinya.
Membayangkan lagi kejadian lalu. Terbayang di matanya, si kecil yang turut lincah membantu ayahnya menggali lubang di padang pasir itu. Tidak sekadar membantu, dia juga turut membersihkan butiran-butiran pasir di janggut dan muka ayahnya. Betapa mendalamnya kasih seorang anak kepada ayahnya, tanpa ia mengetahui untuk tujuan apa lubang itu digali.
Terdengar teriakan sang anak setelah dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Tapi hati yang keras itu, terus berlalu tanpa kesedihan dan tanpa menoleh ke belakang. Betapa kejamnya seorang ayah mengubur hidup-hidup anak perempuannya.
Itulah peristiwa yang menyebabkan seorang - yang begitu dikenali karena ketegasannya - menangis. Menangis menginsafi kesilapan dan kesalahan yang lalu. Walau menangis air mata darah pun, anak yang dibunuh pasti tidak akan kembali.
Waktu terus berdetik.
Sosok pribadi itu kini kian dikenali masyarakat Arab. Enam tahun selepas Rasulullah diangkat menjadi Rasul, benih keimanan tersemai teguh di hatinya. Bersama Hamzah dengan lantang ia menyatakan keIslamannya.
Sejak detik itu, Islam mulai diperjuangkan terang-terangan. Berpegang teguh dengan tali Islam, membawa pribadi ini kepada pribadi agung pejuang agama. Terkenal di kalangan sahabat setelah Abu Bakar, diangkat menjadi Khalifah kedua setelah wafatnya Rasulullah dan termasuk di kalangan 10 sahabat yang dijamin masuk surga.
Begitulah, setiap manusia bangun dari kesalahan masa lalu.
Masa lalu boleh terus dilupakan, tapi tak mungkin dapat ditiadakan dalam episode ukiran sejarah kehidupan. Dari sebuah kesilapan, bangkit membina kekuatan dan memperbaikinya sehingga seterusnya memperoleh kejayaan.
Itulah dia seorang mukmin, membina kejayaan dari kesilapan-kesilapan silam. Bukan terus melakukan kesilapan tanpa memperbaikinya. Begitu juga hidayah yang telah diterima.
Bersyukurlah andai dipilih oleh Allah untuk menerima hidayah-Nya. Bersyukurlah andai dipilih Allah untuk membawa dan memperjuangkan agama-Nya. Bersyukurlah masih diberikan nikmat kehidupan untuk melayangkan sepenuh ketaatan kepada sang pencipta.
Bangunlah, bangkitlah...
Jangan biarkan masa lalu mengelabui masa di hadapan, tetapi pandanglah pengajaran yang dapat diambil darimasa lalu, karena tiada hari esok tanpa semalam.
Wednesday, August 25, 2004
Berbagi dengan Orang Lain
Dalam satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ''Setiap datang hari yang baru, pada pagi harinya selalu turun dua malaikat ke bumi. Malaikat yang satu memohonkan kepada Allah, 'Ya Allah! Berilah tambahan rezeki bagi orang-orang yang mau berkorban membantu orang lain'.
Sedangkan malaikat yang satu lagi berseru kepada Allah, 'Ya Allah! Biarlah habis tiada berfaedah segala kekayaan orang-orang yang tidak mau membantu sesamanya'.'' (HR Bukhari dan Muslim). Dalam Islam ada satu ajaran yang penting untuk diketahui, bahwa pada setiap kelebihan harta terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan. Allah berfirman, ''Dan mereka yang dalam harta kekayaannya ada bagian yang sudah ditentukan, untuk orang miskin yang meminta dan orang yang tak meminta (tapi ia butuh).'' (QS Al-Ma'arif: 24-25).
Complete article, click here
Sedangkan malaikat yang satu lagi berseru kepada Allah, 'Ya Allah! Biarlah habis tiada berfaedah segala kekayaan orang-orang yang tidak mau membantu sesamanya'.'' (HR Bukhari dan Muslim). Dalam Islam ada satu ajaran yang penting untuk diketahui, bahwa pada setiap kelebihan harta terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan. Allah berfirman, ''Dan mereka yang dalam harta kekayaannya ada bagian yang sudah ditentukan, untuk orang miskin yang meminta dan orang yang tak meminta (tapi ia butuh).'' (QS Al-Ma'arif: 24-25).
Complete article, click here
Wednesday, August 11, 2004
Tuesday, August 10, 2004
Buat Yayang-nya kaka yang tersayang...
Happy Wedding Anniversary Yah :-)
Barakallah ya de :-)
semoga kita rukun selalu,
jadi ade bisa menjadi ibu yang baik..
baik di mata Ade dan Kaka serta baik di mata Alloh..
semoga kita diberikan keberakahan dalam hidup
di dunia dan di akhirat kelak.. amiin..
Barakallah ya de :-)
semoga kita rukun selalu,
jadi ade bisa menjadi ibu yang baik..
baik di mata Ade dan Kaka serta baik di mata Alloh..
semoga kita diberikan keberakahan dalam hidup
di dunia dan di akhirat kelak.. amiin..
Monday, August 02, 2004
polisi ??? :-(
baca deh berita di sini :
hhmm...bener2..keterlaluan...nyari 'tersangka teroris' untuk menangkapi aktivis islam, mudah...sekali...
tapi buat nangket tersangka makar ??? kehilangan jejak ...
hhmm...kepercayaan pada polisi udah mulai berkurang jauuuhhh...(ini saya lho,klo anda terserah)
pengen gitu rasanya ngeliat polisi yg bener, baik dan shalih/shalihah dan adil...
ya..mudah2an aja nanti ada polisi yg spt itu
hhmm...bener2..keterlaluan...nyari 'tersangka teroris' untuk menangkapi aktivis islam, mudah...sekali...
tapi buat nangket tersangka makar ??? kehilangan jejak ...
hhmm...kepercayaan pada polisi udah mulai berkurang jauuuhhh...(ini saya lho,klo anda terserah)
pengen gitu rasanya ngeliat polisi yg bener, baik dan shalih/shalihah dan adil...
ya..mudah2an aja nanti ada polisi yg spt itu
anak adalah 'cahaya' mata
subhanallah..mang bener..kata ALLAH, anak adalah cahaya mata.
alhamdulillah..dgn adanya sosok anak...di rumah jadi lebih meriah dan berwarna :)
yg namanya rasa pegel, capek..suntuk..klo udah main dgn anak...bablas....ilang...:)
tapi..sayangnya..ntah kenapa masih aja ada dengan teganya membuang anak bayi seolah2 tidak ingin memeliharanya (klo ini mungkin faktor kemiskinan padahal ALLAH sudah menjamin bahwa tiap2 makhluk itu sudah ada rezekinya), atau ada yang melakukan aborsi...atau ada yg tega membunuh...
hhhmm..mang zaman..sudah mendekati akhir nya....
alhamdulillah..dgn adanya sosok anak...di rumah jadi lebih meriah dan berwarna :)
yg namanya rasa pegel, capek..suntuk..klo udah main dgn anak...bablas....ilang...:)
tapi..sayangnya..ntah kenapa masih aja ada dengan teganya membuang anak bayi seolah2 tidak ingin memeliharanya (klo ini mungkin faktor kemiskinan padahal ALLAH sudah menjamin bahwa tiap2 makhluk itu sudah ada rezekinya), atau ada yang melakukan aborsi...atau ada yg tega membunuh...
hhhmm..mang zaman..sudah mendekati akhir nya....
Thursday, July 29, 2004
Wednesday, July 28, 2004
The Net is cutting into TV time, study finds
By Dawn C. Chmielewski
Mercury News
Television executives have more to fear than a future filled with gross-out reality shows. The Internet is rapidly eroding television viewing hours and emerging as a powerful information medium in its own right, according to a study being released today by the University of California-Los Angeles.
In the same way that television eclipsed radio as the primary medium for entertainment and information, the Internet poses a major threat to television.
``The thing that's easy to prove is that Internet users watch less television,'' said Jeffrey I. Cole, director of UCLA Center for Communication Policy, which conducted the study. ``What we've been trying to see is does their Internet time come out of television time? The early indications are pretty clear that it does.''
In its third annual survey of 2,000 Internet-connected and Net-less households throughout the United States, the UCLA Internet Report, ``Surveying the Digital Future,'' (http://ccp.ucla.edu/) found a dramatic drop in television viewing among Internet veterans.
Internet users watched about 4.8 fewer hours of television each week than non-users. And the decline in TV viewing hours grows more dramatic as Internet users gain experience. Internet veterans watch about 5.8 fewer hours of TV than non-users.
No other media form -- not radio, magazines, newspapers or books -- suffered as pronounced a decline.
``Just as radio was the victim when television evolved in the early 1950s, now television is becoming the casualty of increasing Internet use,'' concludes the survey, which has been conducted annually since 2000.
In less than eight years as a publicly available communication tool, the Internet has progressed from gee-whiz technology to an unconscious part of everyday life.
The UCLA survey found that 70 percent of Americans now go online, spending an average of 11.1 hours a week -- up from 9.8 hours a year ago -- checking e-mail, reading news and doing research for work or school.
In the same period, television viewing among Internet users fell from an average 12.3 hours a week to 11.2 hours in 2002, the survey found. (Non-Internet users watched an average 16 hours of TV a week.)
The Internet has emerged as a dominant information source.
Of those surveyed, 60.5 percent said they considered it an important or extremely important source of information -- ranking ahead of television, radio, newspapers and magazines.
But Americans regard Internet content more skeptically than what they read or hear from traditional media outlets. They've grown more critical of online content, over time. And today, one of three Internet users say they trust only half of what they read online, said Cole.
The Internet is most compelling as a communications tool. The survey found that e-mail and instant messaging remain the most popular activities -- far outstripping time spent browsing, reading news or conducting research for work or school.
Contrary to the impression created by legal furor over illicit music and movie swapping online, few think of the Internet as a compelling source of entertainment. The UCLA survey shows that only 25 percent of Internet users rank it as an important entertainment medium -- lagging well behind radio,
television and books.
``The real growth in the Internet is where you go to find things out,'' Cole said. `It's not a place you go to be entertained. It's the place you go to find out about how to be entertained -- finding the local movie times.''
Contact Dawn C. Chmielewski at dchmielewski@sjmercury.com or (800) 643-1902.
Mercury News
Television executives have more to fear than a future filled with gross-out reality shows. The Internet is rapidly eroding television viewing hours and emerging as a powerful information medium in its own right, according to a study being released today by the University of California-Los Angeles.
In the same way that television eclipsed radio as the primary medium for entertainment and information, the Internet poses a major threat to television.
``The thing that's easy to prove is that Internet users watch less television,'' said Jeffrey I. Cole, director of UCLA Center for Communication Policy, which conducted the study. ``What we've been trying to see is does their Internet time come out of television time? The early indications are pretty clear that it does.''
In its third annual survey of 2,000 Internet-connected and Net-less households throughout the United States, the UCLA Internet Report, ``Surveying the Digital Future,'' (http://ccp.ucla.edu/) found a dramatic drop in television viewing among Internet veterans.
Internet users watched about 4.8 fewer hours of television each week than non-users. And the decline in TV viewing hours grows more dramatic as Internet users gain experience. Internet veterans watch about 5.8 fewer hours of TV than non-users.
No other media form -- not radio, magazines, newspapers or books -- suffered as pronounced a decline.
``Just as radio was the victim when television evolved in the early 1950s, now television is becoming the casualty of increasing Internet use,'' concludes the survey, which has been conducted annually since 2000.
In less than eight years as a publicly available communication tool, the Internet has progressed from gee-whiz technology to an unconscious part of everyday life.
The UCLA survey found that 70 percent of Americans now go online, spending an average of 11.1 hours a week -- up from 9.8 hours a year ago -- checking e-mail, reading news and doing research for work or school.
In the same period, television viewing among Internet users fell from an average 12.3 hours a week to 11.2 hours in 2002, the survey found. (Non-Internet users watched an average 16 hours of TV a week.)
The Internet has emerged as a dominant information source.
Of those surveyed, 60.5 percent said they considered it an important or extremely important source of information -- ranking ahead of television, radio, newspapers and magazines.
But Americans regard Internet content more skeptically than what they read or hear from traditional media outlets. They've grown more critical of online content, over time. And today, one of three Internet users say they trust only half of what they read online, said Cole.
The Internet is most compelling as a communications tool. The survey found that e-mail and instant messaging remain the most popular activities -- far outstripping time spent browsing, reading news or conducting research for work or school.
Contrary to the impression created by legal furor over illicit music and movie swapping online, few think of the Internet as a compelling source of entertainment. The UCLA survey shows that only 25 percent of Internet users rank it as an important entertainment medium -- lagging well behind radio,
television and books.
``The real growth in the Internet is where you go to find things out,'' Cole said. `It's not a place you go to be entertained. It's the place you go to find out about how to be entertained -- finding the local movie times.''
Contact Dawn C. Chmielewski at dchmielewski@sjmercury.com or (800) 643-1902.
Tuesday, July 27, 2004
anugerah 4JJ
ummi.. pusing-pusing.. mual-mual..
aufa maunya jalaaaaan terus nggak bisa diem..
makannya banyak.. udah makan nasi, sayur, telor, roti, keju.. yg penting sehat..
alhamdulillah.. kirain karena sakit maag..
ternyata penyebab istri mual itu... :-p
abang jgn nakal ya.. jaga dede'nya baik-baik.. :)
aufa maunya jalaaaaan terus nggak bisa diem..
makannya banyak.. udah makan nasi, sayur, telor, roti, keju.. yg penting sehat..
alhamdulillah.. kirain karena sakit maag..
ternyata penyebab istri mual itu... :-p
abang jgn nakal ya.. jaga dede'nya baik-baik.. :)
Monday, July 26, 2004
Teens Get Mixed Lessons From TV
Study Shows Teenagers Receive Mixed Lessons About Sex From TV,
Healthy Family Portrayals
The Associated Press
LOS ANGELES June 25, 2004 - Teenagers and parents in TV fiction often portray healthy relationships but television sends young viewers mixed messages about sex, a new study shows.
Parent-child clashes were depicted but the conflicts tended to be seen as a "normal" part of family life and the interaction was equally likely to be cooperative, researchers found.
When it comes to sex, teenagers receive a "highly inconsistent picture of what sexual relations are and can be," the study concluded.
"Explicit and implicit lessons ranged from 'Virginity is a sign that a boy is a loser' to 'Teens don't need to be sexually active to be cool,'" according to the study released Thursday.
The study was conducted during 2001 and 2002 by researchers at Stanford University in California and Lewis & Clark College in Oregon and by independent researchers. It was organized by the nonprofit group Mediascope with funding from the W. T. Grant Foundation.
The study included interviews with 45 network executives, producers and writers and an analysis of the content of "The Simpsons," "Boston Public," "Gilmore Girls," "ER" and other series.
The TV industry feels a responsibility toward the teenage audience but is split over what that obligation entails, the study concluded.
One camp believes there's a responsibility to protect youngsters from topics or treatments they might not be able to handle or would make them or their parents uncomfortable, according to the study.
Others believe that restraint, while sometimes valuable, "usually should be trumped" by the need to "tell the whole story, to be honest and complete in reflecting social reality," the study found.
None of the industry members involved in the study denied that TV affects young viewers, said Stanford professor Donald Roberts. In the past, the industry insisted that viewing had little or no effect on youngsters, Roberts said in a statement.
Copyright 2004 The Associated Press. All rights reserved.
Anak Televisi
Setiap hari kami saksikan kesadisan
di luar logika,
juga pertikaian yang tak selesai
diiringi goyang bor patah-patah,
gosip para selebriti
serta gentayangan para hantu
setiap jamnya
Kami larut dalam kisah cinta anak sekolah
berseragam putih merah dan putih biru
sambil menertawakan si yoyo, cecep,
sin chan dan bidadari,
lalu sibuk mendukung bintang baru
lewat sms
Dari pagi sampai malam
kami menghapal televisi
kami cerna kelicikan, darah,
goyangan dan semua jenis hantu
sambil mendebukan buku-buku
Di sekolah guru bertanya
tentang cita-cita
dan sambil menguap panjang
kami menjawab
Kami ingin jadi orang
paling berguna bagi negeri ini
seperti yang pernah dinasehatkan
orangtua, guru, pejabat, politisi,
ulama dan selebriti kami
di televisi
(Abdurahman Faiz, Mei 2004)
di luar logika,
juga pertikaian yang tak selesai
diiringi goyang bor patah-patah,
gosip para selebriti
serta gentayangan para hantu
setiap jamnya
Kami larut dalam kisah cinta anak sekolah
berseragam putih merah dan putih biru
sambil menertawakan si yoyo, cecep,
sin chan dan bidadari,
lalu sibuk mendukung bintang baru
lewat sms
Dari pagi sampai malam
kami menghapal televisi
kami cerna kelicikan, darah,
goyangan dan semua jenis hantu
sambil mendebukan buku-buku
Di sekolah guru bertanya
tentang cita-cita
dan sambil menguap panjang
kami menjawab
Kami ingin jadi orang
paling berguna bagi negeri ini
seperti yang pernah dinasehatkan
orangtua, guru, pejabat, politisi,
ulama dan selebriti kami
di televisi
(Abdurahman Faiz, Mei 2004)
Itu mah, petasan banting kaleeee..
Ledakan keras yang terjadi di toilet wanita di lantai 1 Gedung KPU, Jl. Imam Bonjol, Jakpus, Senin (26/7/2004), untunglah tidak makan korban jiwa. Ledakan hanya membuat pintu toilet wanita copot.
Selain itu, kaca yang ada di toilet juga berhamburan, demikian juga pinggiran dudukan kloset. Polisi juga telah memberi police line pada lokasi ledakan yang menyemburkan bau mirip mercon itu. Click Here for details.
Selain itu, kaca yang ada di toilet juga berhamburan, demikian juga pinggiran dudukan kloset. Polisi juga telah memberi police line pada lokasi ledakan yang menyemburkan bau mirip mercon itu. Click Here for details.
Uang Kaget
Pernah lihat program di salah satu stasiun TV, yang bertema "Uang Kaget"? Setelah beberapa kali menyaksikan acaranya, lama-lama kok, sepertinya malah terkesan menertawakan kemiskinan ya... sebel juga ngelihatnya, nggak tega deh... tapi, nggak tau lah.. Gimana menurut kamu?
Saturday, July 24, 2004
Radikalisme itu Perlu !
Kompas, 18 September 2003
Radikalisme Harus Dikaitkan dengan Perjuangan Keadilan
Jakarta, Kompas - Masyarakat harus membedakan gerakan militan dan radikalisme dengan basis agama karena keduanya memang berbeda. Berbeda dengan gerakan militan yang bercitra negatif-seperti keras, ekstrem, dan tidak toleran-radikalisme dengan basis agama seharusnya dikaitkan dengan perjuangan penegakan keadilan dan perlawanan terhadap status quo pelestari ketidakadilan itu.
Demikian dikemukakan Dr Farish Noor dalam diskusi "Islamism and the Challenges of Progressive Islam in Indonesia, Malaysia, and Pakistan" yang diselenggarakan International Center for Islam and Pluralism (ICIP) di Jakarta, Rabu (17/9). Farish adalah intelektual muda Malaysia yang menjadi peneliti di Centre for Modern Orient Studies di Jerman.
"Radikalisme harus dibedakan dengan gerakan militan. Radikalisme yang salah satunya mewujud dalam gerakan Islam progresif justru tidak berbahaya karena tidak menggunakan kekerasan sebagai cara. Sifatnya yang radikal akan mempersoalkan status quo, ketidakadilan global, dan relasi kuasa yang tidak adil di dunia," ujar Farish.
Menurut dia, semua pembaru adalah tokoh radikal yang ide dan pemikirannya bertentangan dengan penguasa dan sistem yang diterapkan dalam sebuah wilayah. Farish menyebut semua tokoh keagamaan, mulai dari Sidharta Gautama atau Buddha, Nabi Isa atau Yesus Kristus, dan Nabi Muhammad SAW, adalah tokoh radikal pada zamannya.
"Mereka semua adalah tokoh dari sebuah gerakan radikal. Tetapi, apakah gerakan itu berbahaya bagi rakyat kebanyakan? Mereka secara radikal menolaksistem yang menindas. Radikalisme macam ini yang harus kita warisi dan kita teruskan untuk tata dunia yang lebih adil," ujar Farish Noor, intelektual muda dari Malaysia itu.
Dalam upaya membuat pembedaan antara radikalisme dan gerakan militan, Farish memberi contoh sosok Osama bin Laden dan apa yang dilakukan pemimpin Al Qaeda itu.
"Osama bin Laden adalah boneka. Dia bukan tokoh radikal karena justru menyuburkan pandangan dan citra negatif tentang Islam yang telanjur tertanam secara keliru selama ratusan tahun," jelasnya.
Tidak peduli cap
Diskusi terbatas tersebut menghadirkan juga Dr Hidayat Nurwahid, Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera dan dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Dalam tanggapannya atas apa yang dipaparkan Farish, Hidayat mengatakan tidak menaruh kepedulian terhadap sejumlah cap, seperti militan, progresif, atau radikal.
"Dalam setiap hal yang saya lakukan, apakah memimpin aksi demonstrasi di jalan, mendatangi pimpinan DPR, menyampaikan wacana di media, tidak pernah terpikir dalam benak saya cap apa yang diberikan kepada saya. Yang penting, rakyat kebanyakan harus kita bela, tidak peduli cap apa pun yang diberikan orang," ujarnya.
Hidayat, yang kerap turun langsung di jalanan untuk memimpin aksi damai dengan ribuan massa, menyayangkan berkembangnya informasi populer tentang Islam yang tidak akurat dan cenderung keliru.
"Agama jangan terus-menerus dipolitisir. Agama harus berperan untuk memberdayakan masyarakat," paparnya.
Hindarkan represi
Mengenai gerakan militan yang tumbuh di kawasan Asia Tenggara yang terkait dengan sejumlah aksi terorisme, Farish mengusulkan agar aparat keamanan menghindarkan pendekatan represif untuk mengatasinya. Pendekatan represif justru akan memperkuat identitas dan militansi kelompok tersebut.
Farish tidak menampik kemungkinan adanya pihak asing dalam upaya memunculkan citra negatif mengenai Islam untuk kepentingan pihak asing tersebut. Penyebaran citra negatif ini ditempuh juga di Cina untuk menanamkan kepentingan pihak asing di Cina. Cina dicitrakan tidak demokratis, represif, dan tidak mengindahkan hak asasi manusia (HAM).
"Para pemikir dan ahli politik Islam harus waspada. Jangan memberi kesempatan bagi pihak mana pun untuk memberi stereotip keliru dan citra negatif tentang Islam. Jangan sampai terjebak dalam kepentingan mereka," ujar Farish. (INU)
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0309/18/nasional/569246.htm
Radikalisme Harus Dikaitkan dengan Perjuangan Keadilan
Jakarta, Kompas - Masyarakat harus membedakan gerakan militan dan radikalisme dengan basis agama karena keduanya memang berbeda. Berbeda dengan gerakan militan yang bercitra negatif-seperti keras, ekstrem, dan tidak toleran-radikalisme dengan basis agama seharusnya dikaitkan dengan perjuangan penegakan keadilan dan perlawanan terhadap status quo pelestari ketidakadilan itu.
Demikian dikemukakan Dr Farish Noor dalam diskusi "Islamism and the Challenges of Progressive Islam in Indonesia, Malaysia, and Pakistan" yang diselenggarakan International Center for Islam and Pluralism (ICIP) di Jakarta, Rabu (17/9). Farish adalah intelektual muda Malaysia yang menjadi peneliti di Centre for Modern Orient Studies di Jerman.
"Radikalisme harus dibedakan dengan gerakan militan. Radikalisme yang salah satunya mewujud dalam gerakan Islam progresif justru tidak berbahaya karena tidak menggunakan kekerasan sebagai cara. Sifatnya yang radikal akan mempersoalkan status quo, ketidakadilan global, dan relasi kuasa yang tidak adil di dunia," ujar Farish.
Menurut dia, semua pembaru adalah tokoh radikal yang ide dan pemikirannya bertentangan dengan penguasa dan sistem yang diterapkan dalam sebuah wilayah. Farish menyebut semua tokoh keagamaan, mulai dari Sidharta Gautama atau Buddha, Nabi Isa atau Yesus Kristus, dan Nabi Muhammad SAW, adalah tokoh radikal pada zamannya.
"Mereka semua adalah tokoh dari sebuah gerakan radikal. Tetapi, apakah gerakan itu berbahaya bagi rakyat kebanyakan? Mereka secara radikal menolaksistem yang menindas. Radikalisme macam ini yang harus kita warisi dan kita teruskan untuk tata dunia yang lebih adil," ujar Farish Noor, intelektual muda dari Malaysia itu.
Dalam upaya membuat pembedaan antara radikalisme dan gerakan militan, Farish memberi contoh sosok Osama bin Laden dan apa yang dilakukan pemimpin Al Qaeda itu.
"Osama bin Laden adalah boneka. Dia bukan tokoh radikal karena justru menyuburkan pandangan dan citra negatif tentang Islam yang telanjur tertanam secara keliru selama ratusan tahun," jelasnya.
Tidak peduli cap
Diskusi terbatas tersebut menghadirkan juga Dr Hidayat Nurwahid, Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera dan dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Dalam tanggapannya atas apa yang dipaparkan Farish, Hidayat mengatakan tidak menaruh kepedulian terhadap sejumlah cap, seperti militan, progresif, atau radikal.
"Dalam setiap hal yang saya lakukan, apakah memimpin aksi demonstrasi di jalan, mendatangi pimpinan DPR, menyampaikan wacana di media, tidak pernah terpikir dalam benak saya cap apa yang diberikan kepada saya. Yang penting, rakyat kebanyakan harus kita bela, tidak peduli cap apa pun yang diberikan orang," ujarnya.
Hidayat, yang kerap turun langsung di jalanan untuk memimpin aksi damai dengan ribuan massa, menyayangkan berkembangnya informasi populer tentang Islam yang tidak akurat dan cenderung keliru.
"Agama jangan terus-menerus dipolitisir. Agama harus berperan untuk memberdayakan masyarakat," paparnya.
Hindarkan represi
Mengenai gerakan militan yang tumbuh di kawasan Asia Tenggara yang terkait dengan sejumlah aksi terorisme, Farish mengusulkan agar aparat keamanan menghindarkan pendekatan represif untuk mengatasinya. Pendekatan represif justru akan memperkuat identitas dan militansi kelompok tersebut.
Farish tidak menampik kemungkinan adanya pihak asing dalam upaya memunculkan citra negatif mengenai Islam untuk kepentingan pihak asing tersebut. Penyebaran citra negatif ini ditempuh juga di Cina untuk menanamkan kepentingan pihak asing di Cina. Cina dicitrakan tidak demokratis, represif, dan tidak mengindahkan hak asasi manusia (HAM).
"Para pemikir dan ahli politik Islam harus waspada. Jangan memberi kesempatan bagi pihak mana pun untuk memberi stereotip keliru dan citra negatif tentang Islam. Jangan sampai terjebak dalam kepentingan mereka," ujar Farish. (INU)
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0309/18/nasional/569246.htm
Female, Female, Female.
Alhamdulillah, setelah beberapa kali USG, akhirnya sekarang jelas lah sudah :-)
Friday, July 23, 2004
Buat yang berminat :-)
'bocoran' :)
ssst...ini bocoran...dari org dalam di it kpu, jgn bilang siapa2 ya...ntar ibu chusnul marah2 lagi
gini, kata dia, hasil perhitungan suara akhir (setelah perhitungan manual), total jumlah suara wiranto mengalahkan total jumlah suara mega. benar apa ndak ? ya..wallahu'alam...tapi jujur aja, saya berharap2 iya dan bener :)
trus lagi..kata pak hidayat nur wahid, malah mega di urutan ke 4, urutannya sby, wiranto, amin rais dan mega. tapi..lagi2..tapi...berani kah kpu menampilkan apa adanya ????....
info bisa di baca di http://www.eramoslem.com/br/bc/47/11985,1,v.html
so..tunggu aja..tgl 26 juli...
gini, kata dia, hasil perhitungan suara akhir (setelah perhitungan manual), total jumlah suara wiranto mengalahkan total jumlah suara mega. benar apa ndak ? ya..wallahu'alam...tapi jujur aja, saya berharap2 iya dan bener :)
trus lagi..kata pak hidayat nur wahid, malah mega di urutan ke 4, urutannya sby, wiranto, amin rais dan mega. tapi..lagi2..tapi...berani kah kpu menampilkan apa adanya ????....
info bisa di baca di http://www.eramoslem.com/br/bc/47/11985,1,v.html
so..tunggu aja..tgl 26 juli...
Mimpi Si Midun
Mimpi Si Midun
Oleh : Agus Husni ( Republika Online )
Midun tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Badannya berkeringat. Napasnya tersengal-sengal. Ia mengusap mukanya sambil beristighfar beberapa kali. Mimpinya siang itu benar-benar menakutkan.
Ia bermimpi kotanya hancur ditelan pasang air laut yang sangat tinggi. Menara kota yang menjadi kebanggaan warga nyaris tenggelam. Tak sanggup menandingi ketinggian air. Beruntung, Midun sempat tersangkut di ujung menara emas yang mencuat hanya setengah meter dari permukaan air. Tak ada lagi gedung-gedung jangkung. Sejauh mata memandang hingga ke garis horison, hanya air dan air yang tampak.
Pemilu di negaranya telah dimenangkan oleh sebuah partai berlambang buaya karena koalisinya dengan partai besar lainnya berlambang luwak yang telah mengajarkan jurus-jurus korupsi yang aman dan nyaman, bagaimana mengatur pembagian kekuasaan untuk membangun jaringan bagi kepentingan partai itu sendiri, bukan untuk kepentingan rakyat. Rakyat cuma seonggok kotoran yang tak perlu dihitung lagi. Rakyat diperlukan cuma untuk basa-basi selama kampanye.
Partai Buaya tak kalah busuknya. Mereka sama dengan Partai Luwak. Partai yang tak lagi mempersoalkan batas-batas antara moral baik dan kebejatan. Tahu Tuhan, tetapi juga dekat dengan setan. Mengaku pembela rakyat, tapi merampok uang rakyat.
Pimpinannya bisa memelintir hukum untuk kepentingan politik. Ia bisa mengendalikan hukum karena perangkatnya dikuasai dari muara hingga ke hulunya. Para menteri tak lagi bekerja demi hati nurani. Meskipun tidak senang dengan sang pemimpin karena kualitasnya memang jauh di bawah rata-rata, sang menteri siap menelan ketidaksenangan itu demi kekuasaan. Sebab, berkuasa itu enak. Selalu dapat pelayan VVIP.
Kini keduanya bersatu. Buaya dan luwak. Dua-duanya punya kepentingan sama. Dua-duanya pakar di bidang KKN. Dua-duanya sangat profesional mengutik-utik hukum untuk kepentingan masing-masing. Dua maling bersatu tentu akan saling menjaga. Sebab, jika satu maling membeberkan keburukan temannya, maling
yang satu pasti juga akan tersinggung dan siap membeberkan kebusukan maling lainnya. Sesama maling tak boleh saling mendahului, kata pepatah.
Partai Luwak yang sudah berkuasa lama telah memberikan begitu banyak kekayaan dan kemudahan kepada para elite politiknya. Begitu juga dengan Partai Buaya. Jadi untuk amannya, mereka meneriakkan pemberantasan korupsi hanya sebagai bualan, hanya lelucon. Korupsi akan dibasmi jika tidak menguntungkan partai. Jika menguntungkan? Jalan terus.
Wajar jika banyak kasus korupsi besar yang dilakukan orang Partai Luwak atau Partai Buaya lolos dari jerat hukum. Secara kasat mata saja, Midun menyaksikan begitu banyak mobil dan motor mewah, tekstil, daging sapi, daging ayam, dan gula pasir selundupan yang ditahan. Banyak penelikung uang rakyat yang disimpan di bank masih bebas melenggang kangkung di luar negeri. Namun, mana pengadilan untuk mereka? Sulitkah mencari mereka? Tidak. Yang sulit adalah bagaimana mengamankan orang-orang itu agar tidak buka mulut. Jadi petiskan saja, toh rakyat sudah terbiasa menyaksikan kebobrokan ini sebagai tontotan yang menyenangkan. Sebab, terbukti rakyat juga sudah suka dan hobi korupsi.
Rakyat tahu dan sadar betul ada pemimpin yang jauh lebih baik dari pemimpin yang mengelola negaranya saat ini. Kualitasnya 'top'. Tapi, toh rakyat memilih pemimpin yang terburuk. Mengapa? Karena rakyat juga berkepentingan. Rakyat tak menghendaki korupsi dihapus, rakyat tak menghendaki dipimpin dengan aturan hukum yang jelas dan tegas. Rakyat masih mau hidup seperti masa lalu. Mudah cari uang. Nodong sedikit dengan menjadi tukang parkir, jadi preman taksi di bandara, menyerobot lahan membuka lapak PKL, atau menjadi tukang palak dan preman, sudah dapat makan. Gampang bukan? Dan, bagi pegawai negeri aturan hukum yang jelas hanya akan mengurangi kesempatan menjadi kaya. Sebab, tanpa aturan jelas mereka bisa menentukan komisi proyek, uang pelintiran pasal-pasal hukum, atau menerima jasa sebagai perantara untuk memberikan upeti atau mencari lobi dalam pencalonan bupati atau kepala daerah.
Semua itu berjalan seperti tanpa hambatan. Kini dua partai besar yang punya track record buruk bersatu memimpin negaranya. Dua maling besar bersatu membagi-bagi kue milik rakyat banyak. Midun tak habis pikir, mengapa rakyat masih tetap bodoh. Tuhan tak akan
mengubah nasib suatu bangsa jika bangsa itu tak mengubah nasibnya sendiri. Kini rakyat bukan hanya tak mau mengubah nasibnya dengan memilih pemimpin yang amanah, cerdas, dan sederhana, malah menjebloskan dirinya ke tangan orang-orang yang salah.
Mudah-mudahan Tuhan memberikan balasan setimpal atas kekeringan hati nurani bangsanya. Tuhan mendengarkan doa Midun. Lalu, Ia mendatangkan banjir yang menyapu bersih seluruh kota. Kekotoran itu habis karena sapu Tuhan bersih. Tuhan sudah empet melihat bangsanya yang tetap saja tak mau mengubah nasibnya. Untung banjir itu cuma mimpi. Untung tak ada Partai Buaya dan Partai Luwak. Midun mengusap keringatnya. Di luar rekan-rekan senasibnya telah menunggunya untuk memulung di belantara Ibu Kota.
Oleh : Agus Husni ( Republika Online )
Midun tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Badannya berkeringat. Napasnya tersengal-sengal. Ia mengusap mukanya sambil beristighfar beberapa kali. Mimpinya siang itu benar-benar menakutkan.
Ia bermimpi kotanya hancur ditelan pasang air laut yang sangat tinggi. Menara kota yang menjadi kebanggaan warga nyaris tenggelam. Tak sanggup menandingi ketinggian air. Beruntung, Midun sempat tersangkut di ujung menara emas yang mencuat hanya setengah meter dari permukaan air. Tak ada lagi gedung-gedung jangkung. Sejauh mata memandang hingga ke garis horison, hanya air dan air yang tampak.
Pemilu di negaranya telah dimenangkan oleh sebuah partai berlambang buaya karena koalisinya dengan partai besar lainnya berlambang luwak yang telah mengajarkan jurus-jurus korupsi yang aman dan nyaman, bagaimana mengatur pembagian kekuasaan untuk membangun jaringan bagi kepentingan partai itu sendiri, bukan untuk kepentingan rakyat. Rakyat cuma seonggok kotoran yang tak perlu dihitung lagi. Rakyat diperlukan cuma untuk basa-basi selama kampanye.
Partai Buaya tak kalah busuknya. Mereka sama dengan Partai Luwak. Partai yang tak lagi mempersoalkan batas-batas antara moral baik dan kebejatan. Tahu Tuhan, tetapi juga dekat dengan setan. Mengaku pembela rakyat, tapi merampok uang rakyat.
Pimpinannya bisa memelintir hukum untuk kepentingan politik. Ia bisa mengendalikan hukum karena perangkatnya dikuasai dari muara hingga ke hulunya. Para menteri tak lagi bekerja demi hati nurani. Meskipun tidak senang dengan sang pemimpin karena kualitasnya memang jauh di bawah rata-rata, sang menteri siap menelan ketidaksenangan itu demi kekuasaan. Sebab, berkuasa itu enak. Selalu dapat pelayan VVIP.
Kini keduanya bersatu. Buaya dan luwak. Dua-duanya punya kepentingan sama. Dua-duanya pakar di bidang KKN. Dua-duanya sangat profesional mengutik-utik hukum untuk kepentingan masing-masing. Dua maling bersatu tentu akan saling menjaga. Sebab, jika satu maling membeberkan keburukan temannya, maling
yang satu pasti juga akan tersinggung dan siap membeberkan kebusukan maling lainnya. Sesama maling tak boleh saling mendahului, kata pepatah.
Partai Luwak yang sudah berkuasa lama telah memberikan begitu banyak kekayaan dan kemudahan kepada para elite politiknya. Begitu juga dengan Partai Buaya. Jadi untuk amannya, mereka meneriakkan pemberantasan korupsi hanya sebagai bualan, hanya lelucon. Korupsi akan dibasmi jika tidak menguntungkan partai. Jika menguntungkan? Jalan terus.
Wajar jika banyak kasus korupsi besar yang dilakukan orang Partai Luwak atau Partai Buaya lolos dari jerat hukum. Secara kasat mata saja, Midun menyaksikan begitu banyak mobil dan motor mewah, tekstil, daging sapi, daging ayam, dan gula pasir selundupan yang ditahan. Banyak penelikung uang rakyat yang disimpan di bank masih bebas melenggang kangkung di luar negeri. Namun, mana pengadilan untuk mereka? Sulitkah mencari mereka? Tidak. Yang sulit adalah bagaimana mengamankan orang-orang itu agar tidak buka mulut. Jadi petiskan saja, toh rakyat sudah terbiasa menyaksikan kebobrokan ini sebagai tontotan yang menyenangkan. Sebab, terbukti rakyat juga sudah suka dan hobi korupsi.
Rakyat tahu dan sadar betul ada pemimpin yang jauh lebih baik dari pemimpin yang mengelola negaranya saat ini. Kualitasnya 'top'. Tapi, toh rakyat memilih pemimpin yang terburuk. Mengapa? Karena rakyat juga berkepentingan. Rakyat tak menghendaki korupsi dihapus, rakyat tak menghendaki dipimpin dengan aturan hukum yang jelas dan tegas. Rakyat masih mau hidup seperti masa lalu. Mudah cari uang. Nodong sedikit dengan menjadi tukang parkir, jadi preman taksi di bandara, menyerobot lahan membuka lapak PKL, atau menjadi tukang palak dan preman, sudah dapat makan. Gampang bukan? Dan, bagi pegawai negeri aturan hukum yang jelas hanya akan mengurangi kesempatan menjadi kaya. Sebab, tanpa aturan jelas mereka bisa menentukan komisi proyek, uang pelintiran pasal-pasal hukum, atau menerima jasa sebagai perantara untuk memberikan upeti atau mencari lobi dalam pencalonan bupati atau kepala daerah.
Semua itu berjalan seperti tanpa hambatan. Kini dua partai besar yang punya track record buruk bersatu memimpin negaranya. Dua maling besar bersatu membagi-bagi kue milik rakyat banyak. Midun tak habis pikir, mengapa rakyat masih tetap bodoh. Tuhan tak akan
mengubah nasib suatu bangsa jika bangsa itu tak mengubah nasibnya sendiri. Kini rakyat bukan hanya tak mau mengubah nasibnya dengan memilih pemimpin yang amanah, cerdas, dan sederhana, malah menjebloskan dirinya ke tangan orang-orang yang salah.
Mudah-mudahan Tuhan memberikan balasan setimpal atas kekeringan hati nurani bangsanya. Tuhan mendengarkan doa Midun. Lalu, Ia mendatangkan banjir yang menyapu bersih seluruh kota. Kekotoran itu habis karena sapu Tuhan bersih. Tuhan sudah empet melihat bangsanya yang tetap saja tak mau mengubah nasibnya. Untung banjir itu cuma mimpi. Untung tak ada Partai Buaya dan Partai Luwak. Midun mengusap keringatnya. Di luar rekan-rekan senasibnya telah menunggunya untuk memulung di belantara Ibu Kota.
Selamat ulang tahun pak jaksa!
Kejutan Kejagung di Hari Adhyaksa
Reporter: Maryadi
detikcom - Jakarta, Selalu saja ada kejutan. Mungkin sebutan ini layak disandang oleh Kejaksaan Agung. Kejutan kali ini, adalah di Hari Adhyaksa yang ke-43, kejaksaan mengumumkan seorang pengemplang uang rakyat yang di hentikan penyidikannya. Kali ini yang beruntung adalah Sjamsul Nursalim.
Sjamsul Nursalim yang dikenal sebagai taipan pemilik Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI), saat ini boleh berbangga hati. Dia tak lagi-pura-pura-dikejar-kejar oleh aparat saat berada di Singapura. Dengan berbekal Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dia dapat bebas pulang ke Indonesia tanpa harus masuk penjara lagi.
Bos BDNI ini resmi dihentikan penyidikannya lewat SP3 yang dikeluarkan oleh Kejagung pada 13 Juli 2004 lalu. Tapi Kejagung, baru mengumumkannya secara resmi pada Hari Adhyaksa 22 Juli 2004 kemarin. Sungguh faktor kebetulan sekali.
Sjamsul yang terlibat kasus korupsi dana BLBI dengan kerugian negara Rp 10,09 triliuan -pada saat awal disidik kejaksaan- pernah merasakan dinginnya sel penjara Kejagung. Namun dia tak lama mendiami sel itu. Dengan alasan klasik -sering dipakai koruptor- yakni sakit, Sjamsul minta izin berobat. Kejagung pun membantarkan penahanan Sjamsul.
Dengan murah hati kejaksaan pun memberikan izin. Sjamsul pun terbang ke Jepang, untuk berobat. Izin yang diberikan pun punya batas waktu. Tapi ternyata, Sjamsul punya niat lain. Setelah selesai berobat ke Jepang Sjamsul bukannya balik ke Jakarta, tapi malah tinggal di Singapura.
Walhasil Kejagung bingung karena tahanannya tak mau pulang kandang ke sel kejaksaan. Kejagung pun -mungkin saja pura-pura- kerepotan dengan mengeluarkan statement resmi. Mulai dari mengancam akan disidang in absentia, panggil paksa, ditangkap, bantuan interpol, dan lain-lain.
Namun seperti biasa dan bisa ditebak, langkah itupun tak juga membawa Sjamsul pulang ke Indonesia. Akhirnya nasib Sjamsul seperti koruptor-koruptor lainnya yang tak mau pulang ke Indonesia, seperti Hendra Rahardja, Bambang Sutrisno, Samadikun Hartono dan David Nusa Wijaya.
Apa yang dilakukan kejagung diharapkan masyarakat adalah mengembalikan harta negara yang dirampas dan menjebloskan para koruptor ke pengadilan. Tapi justru kejagung menafikan keinginan masyarakat dengan menghentikan kasusnya.
Dengan tameng, ini adalah keputusan pemerintah melalui KKSK (Komite Kebijakan Sektor Keuangan) terhadap debitor bermasalah, kejaksaan pun dengan sigap mengeluarkan SP3 tersebut. Tentunya langkah ini menimbulkan reaksi dan protes yang keras dari masyarakat.
Praktisi hukum, Bambang Widjojanto menilai keputusan SP3 Sjamsul jauh dari pemenuhan rasa keadilan di masyarakat. "Filosofi hukum sekarang sudah berubah. Pendekatannya saat ini adalah mengembalikan uang negara. Padahal uang negara yang dikembalikan tidak sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan para koruptor," kata Bambang kepada detikcom di Jakarta, Jumat (23/7/2004).
Padahal, kata Bambang, dalam prinsip hukum pengembalian uang negara tidak akan menghapus tindak pidananya. Inilah yang kerap didengungkan oleh kejaksaan. "Tapi ternyata kenyataan berkata lain," katanya.
Apapun alasannya menghentikan penyidikan Sjamsul, akan sulit untuk menjerat Sjamsul kembali ke dalam proses hukum. Tapi masih ada celah, kasus itu akan dibuka kembali ketika ada novum (bukti baru). Tapi persoalannya adalah apakah kejaksaan mau membuka ketika sudah ada novum. Tergantung jaksa agung yang baru nanti.
Tapi harapan ini agak sulit terwujud, karena Presiden Megawati lebih senang memiliki jaksa agung yang diambil dari jaksa karier. Sejak kepemimpinan MA Rachman -yang merupakan jaksa karier- telah banyak kasus besar yang di SP3. Tengok saja, kasus korupsi HTI dengan tersangka Prajogo Pangestu atau kasus Pipanisasi dan JORR yang melibatkan Siti Hardijanti Rukmana sebagi tersangka. Tiga kasus korupsi besar ini di SP3 di saat kepemimpinan MA Rachman. Sungguh sebuah prestasi. Selamat ulang tahun pak jaksa!. (mar)
Reporter: Maryadi
detikcom - Jakarta, Selalu saja ada kejutan. Mungkin sebutan ini layak disandang oleh Kejaksaan Agung. Kejutan kali ini, adalah di Hari Adhyaksa yang ke-43, kejaksaan mengumumkan seorang pengemplang uang rakyat yang di hentikan penyidikannya. Kali ini yang beruntung adalah Sjamsul Nursalim.
Sjamsul Nursalim yang dikenal sebagai taipan pemilik Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI), saat ini boleh berbangga hati. Dia tak lagi-pura-pura-dikejar-kejar oleh aparat saat berada di Singapura. Dengan berbekal Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dia dapat bebas pulang ke Indonesia tanpa harus masuk penjara lagi.
Bos BDNI ini resmi dihentikan penyidikannya lewat SP3 yang dikeluarkan oleh Kejagung pada 13 Juli 2004 lalu. Tapi Kejagung, baru mengumumkannya secara resmi pada Hari Adhyaksa 22 Juli 2004 kemarin. Sungguh faktor kebetulan sekali.
Sjamsul yang terlibat kasus korupsi dana BLBI dengan kerugian negara Rp 10,09 triliuan -pada saat awal disidik kejaksaan- pernah merasakan dinginnya sel penjara Kejagung. Namun dia tak lama mendiami sel itu. Dengan alasan klasik -sering dipakai koruptor- yakni sakit, Sjamsul minta izin berobat. Kejagung pun membantarkan penahanan Sjamsul.
Dengan murah hati kejaksaan pun memberikan izin. Sjamsul pun terbang ke Jepang, untuk berobat. Izin yang diberikan pun punya batas waktu. Tapi ternyata, Sjamsul punya niat lain. Setelah selesai berobat ke Jepang Sjamsul bukannya balik ke Jakarta, tapi malah tinggal di Singapura.
Walhasil Kejagung bingung karena tahanannya tak mau pulang kandang ke sel kejaksaan. Kejagung pun -mungkin saja pura-pura- kerepotan dengan mengeluarkan statement resmi. Mulai dari mengancam akan disidang in absentia, panggil paksa, ditangkap, bantuan interpol, dan lain-lain.
Namun seperti biasa dan bisa ditebak, langkah itupun tak juga membawa Sjamsul pulang ke Indonesia. Akhirnya nasib Sjamsul seperti koruptor-koruptor lainnya yang tak mau pulang ke Indonesia, seperti Hendra Rahardja, Bambang Sutrisno, Samadikun Hartono dan David Nusa Wijaya.
Apa yang dilakukan kejagung diharapkan masyarakat adalah mengembalikan harta negara yang dirampas dan menjebloskan para koruptor ke pengadilan. Tapi justru kejagung menafikan keinginan masyarakat dengan menghentikan kasusnya.
Dengan tameng, ini adalah keputusan pemerintah melalui KKSK (Komite Kebijakan Sektor Keuangan) terhadap debitor bermasalah, kejaksaan pun dengan sigap mengeluarkan SP3 tersebut. Tentunya langkah ini menimbulkan reaksi dan protes yang keras dari masyarakat.
Praktisi hukum, Bambang Widjojanto menilai keputusan SP3 Sjamsul jauh dari pemenuhan rasa keadilan di masyarakat. "Filosofi hukum sekarang sudah berubah. Pendekatannya saat ini adalah mengembalikan uang negara. Padahal uang negara yang dikembalikan tidak sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan para koruptor," kata Bambang kepada detikcom di Jakarta, Jumat (23/7/2004).
Padahal, kata Bambang, dalam prinsip hukum pengembalian uang negara tidak akan menghapus tindak pidananya. Inilah yang kerap didengungkan oleh kejaksaan. "Tapi ternyata kenyataan berkata lain," katanya.
Apapun alasannya menghentikan penyidikan Sjamsul, akan sulit untuk menjerat Sjamsul kembali ke dalam proses hukum. Tapi masih ada celah, kasus itu akan dibuka kembali ketika ada novum (bukti baru). Tapi persoalannya adalah apakah kejaksaan mau membuka ketika sudah ada novum. Tergantung jaksa agung yang baru nanti.
Tapi harapan ini agak sulit terwujud, karena Presiden Megawati lebih senang memiliki jaksa agung yang diambil dari jaksa karier. Sejak kepemimpinan MA Rachman -yang merupakan jaksa karier- telah banyak kasus besar yang di SP3. Tengok saja, kasus korupsi HTI dengan tersangka Prajogo Pangestu atau kasus Pipanisasi dan JORR yang melibatkan Siti Hardijanti Rukmana sebagi tersangka. Tiga kasus korupsi besar ini di SP3 di saat kepemimpinan MA Rachman. Sungguh sebuah prestasi. Selamat ulang tahun pak jaksa!. (mar)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Popular Posts
-
Alhamdulillah, since the beginning of March 2011, I decided to close permanently my Facebook Account. So, for those who still miss me and wa...
-
Ini berdasarkan "true story", ketika saya memperpanjang STNK kendaraan jenis Sepeda Motor, pada hari Senin, 22 Oktober 2012 yang...
-
"Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya. Dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan. Pengkhianat d...